Sabtu, 22 Oktober 2016

Tersadar

   
     Entah kenapa Tuhan menghadirkan dirimu di dalam kehidupanku, entah untuk bersinggah selamanya ataupun hanya untuk menepi sementara. Tapi kuyakin kan sepenuh hati bahwa Tuhan mengenalkanmu kepadaku itu tidak akan berujung sia-sia walaupun aku sendiri pun taktau, apakah aku akan bahagia atau sebaliknya saat Tuhan mengenalkanmu kepadaku.
     Pada suatu saatnya Tuhan menjalankan skenario yang telah ia buat untukku….
     Kamu yang hadir tiba-tiba di dalam kehidupanku dan membuat hatiku berwarna saat itu seakan ku merasakan indahnya terjun kembali kedalam dunia percintaan yang sudah cukup lama tak kurasakan, karena alasan aku sementara sedang tidak ingin merasakan dunia percintaan saat ini.
     Dengan percaya diri aku beranggapan bahwa dirimu lah sepertinya yang akan mengisi hatiku yang telah lama kosong tak ada yang menyinggah, dari situlah aku berniat untuk segera membuka lembaran baru karena kepercayaan diriku pada saat itu.
     Semakin lama aku semakin yakin akan adanya dirimu yang mampu membuat hari-hariku lebih berwarna dari sebelumnya. Dengan caramu memperhatikanku, menasehatiku dan lain sebagainya yang telah kamu  lakukan terhadapku. Meski tanpa kusadari saat itu, aku juga sudah melakukan hal yang sama sepertinya bahkan lebih dari dirinya, mungkin.
     Aku tidak pernah tau kenapa kata-kata cinta yang ku pendam selama ini harus terucap kepada dirinya terlebih dahulu, tanpa aku tau apakah kamu juga merasakan hal yang sama seperti ku? Tanpa kuduga sebelumnya, begitu cepatnya ku mengatakan semua itu kepadamu. Sungguh setelah ku fikir-fikir itu adalah hal terbodoh yang telah ku lakukan selama ini, karena sebelum-sebelumnya aku tidak pernah melakukan hal seperti itu.
     Saat itu yang ku fikirkan hanyalah ingin membuka semua rasa yang telah ku pendam selama ini kepadamu. Tanpa berfikir panjang apakah kamu akan membalas rasa itu sama seperti rasaku kepadamu atau tidak.
     Suatu seketika kamu memberikanku berbagai macam kalimat yang sungguh sangat membuatku percaya terhadapmu, yang membuatku sangat yakin terhadapmu. Seperti halnya engkau sedang berjanji kepadaku. Betapa indah dan senangnya ku mendengar kalimat-kalimat., yang kamu lontarkan untukku saat itu. Dan kalimat-kalimat itu seakan membutakanku, sampai-sampai hatiku hanya ku berikan untukmu, tidak untuk pria lainnya. Walau ada pria lain yang terlihat lebih baik darimu, tapi tetap saja aku memilih dirimu. Karena di fikiranku hanya padamu, tidak peduli dengan segala kekurangan maupun kelebihan yang kamu miliki. Aku tetap padamu dan untukmu.
     Sampai pada akhirnya, kamu seakan mematahkan hatiku. Dengan kalimat yang kamu ucapkan kepadaku, berbeda jauh dari kalimat-kalimat awal yang nan indah terucap dari mulutmu. Tanpa ku tau jelas mengapa engkau mengucapkan kalimat itu yang membuat hatiku sangat sedih dan kecewa. Tapi saat itu aku sangat berusaha untuk tetap tegar dan menerima semua kenyataan pahit yang tengah aku rasakan saat itu.
     Suatu waktu kita dipertemukan kembali……..
     Dan aku merasa lebih membaik setelah dengan gentlenya engkau meminta maaf secara langsung terhadapku, berulang-ulang kali kamu ucapkan kata ‘maaf’ kepadaku. Beruntung aku orangnya tidak biasa berlama-lama marah sama seseorang apalagi terhadap orang yang pernah membuat hari-hariku bahagia walau akhirnya harus terhenti dalam keadaan tidak berbahagia.
     Seiring berjalannya waktu……
     Tanpa kamu sadari ku masih teringat-ingat tentang kejadian itu, dimana saat kamu membuatku melayang tinggi diangkasa luas dan tiba-tiba kamu sengaja menjatuhkanku kedalam dasar jurang yang membuat diriku terluka. Tapi kali ini bukan fisikku yang terluka tetapi hatiku yang terluka. Aku berusaha kuat untuk menghilangkan semua itu dari fikiranku, dan akhirnya sekian lama ku berjuang melupakannya. Semuanya itu seiring memudar dengan berjalannya waktu. Aku sangat berbahagia bisa melewati itu semua, walaupun membutuhkan sedikit waktu.
     Suatu seketika aku tidak sangka-sangka ternyata ia telah melakukan sesuatu yang pernah ia ucapkan “tidak ingin ia lakukan” saat itu didepanku. Yang membuatku terasa bodoh mempercayai semua kalimat-kalimatnya yang sekarang ini bertolak belakang dengan kalimat-kalimat yang pernah ia lontarkan tersebut.
     Teriang-iang dalam fikiranku:
Kenapa, kata-kata itu dengan mudah ku ucapkan kepadamu?
Kenapa, dirimu seakan telah menghipnotisku?
Kenapa, aku seperti orang bodoh saat itu?
Kenapa, aku bisa-bisanya dibutakan oleh cinta?
Kenapa, ini semua bisa terjadi dengan mudahnya?
Kenapa?
Kenapa?
(satu kata ‘Kenapa?’ yang mempunyai beribu macam pertanyaan yang ingin ku lontarkan kepada dunia).
     Tetapi semakin lama dari kejadian tersebut, aku bisa berusaha lebih berfikir dan bertindak secara dewasa. Jangan sampai kejadian itu menimpaku untuk yang kedua kalinya dengan hal yang sama. Akupun tidak menyesali kejadian itu walau pada awalnya aku sempat merasa nyesal telah bertemu bahkan kenal dengan dirinya. Akupun tidak dendam terhadapnya. Jujur aku akhirnya malah senang bisa mengetahui dirinya itu seperti apa dan ku doakan agar ia senantiasa berbahagia selalu begitupun dengan ku dan juga aku berterima kasih kepada Tuhan, walaupun Tuhan telah mematahkan hatiku pada saat itu, setidaknya Tuhan telah berkehendak agar aku tidak terjatuh pada orang yang salah. Karena aku yakin setiap scenario yang ditulis Tuhan adalah scenario yang paling baik untuk setiap umatnya.